Falsafah Ilmu Pengetahuan
Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein berarti teman
atau cinta, dan shopia shopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah atau
berarti. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala
ilmu pengetahuan. Kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata
falsafah (Arab), philosophie (Prancis, Belanda dan Jerman), serta philosophy
(Inggris). Dengan demikian filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (menjadi kata sifat) bisa berarti teman kebijaksanaan (kata benda)
atau induk dari segala ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pengertian filsafat menurut para tokoh :
Pengertian filsafat menurut Harun
Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
Menurut Plato ( 427-347
SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid
Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Marcus Tullius Cicero (106 – 43
SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
maha agung dan usaha untuk mencapainya.
Al Farabi (wafat 950 M) filsuf
muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.
Phytagoras (572-497 SM) ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai kata philosopia
yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu
sendiri.
Plato (427-347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang hakiki lewat dialektika.
Aristoteles (382–322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang
kebenaran.
Al-Farabi (870–950) mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
Descartes (1590–1650) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan
tentang tuhan, alam dan manusia.
Immanuel Kant (1724 –1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari
istemologepi.
Contoh:
Contoh:
·
Ilmu Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari.
·
Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia
jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia
yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi
perawat.
Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat
mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak
ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian,
filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik
filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis,
sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal.Yang
membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh
realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau
bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu
pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan
membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat
hidup dan berkembang.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan
untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.
Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah
harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus
dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif
(dapat dimengerti secara intersuyektif).
Hubungan Filsafat Dengan Ilmu
Pengetahuan Sebelum Masuknya Teknologi
Hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, oleh Louis Kattsoff
dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa
hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba
untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu
pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin
penting pula bagi seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam
usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan
harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam
usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan
kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf.
Para filsuf terlatih di dalam metode
ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai
berikut:
1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
2. Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material
filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
Bedanya filsafat
dengan ilmu-ilmu lain
Filsafat menyelidiki, membahas, serta
memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan
satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta
pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu vak
menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat
membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan
tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya.
Filsafat tidak saja menyelidiki tentang
sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak
membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya,
dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab pertanyaan
bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan
ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi
kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya
batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi.
Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing.
Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan
menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut.
Manusia dan Ilmu
Pengetahuan
Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini serta keberhasilan menerapkan
pandangan-padangan dan temuan-temuannya, bukan hanya memperluas cakrawala dan
memperdalam kepemahaman manusia mengenai alam semesta, tetapi juga telah
meningkatkan kemampuan kontrol manusia atas daya-daya alam bahkan atas
kesadaran manusia lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kepada
manusia kekuasaan yang semakin besar atas realitas. Sekalipun demikian, tidak
dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membawa juga bersamanya
berbagai problem baru yang memprihatinkan yang menuntut kehendak
sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya, serta seringkali tidak dapat ditunda.
Dalam keadaan demikian orang cenderung kembali mencari jawaban atas problem
yang dihadapinya di dalam ilmu pengetahuan lagi. Sesuatu yang wajar dan
alamiah. Kedahsyatan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia membawa
kecenderungan berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan
segala-galanya. Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem yang ditimbulkan
oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan
manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem
yang mempunyai kandungan moral. Pengalaman menunjukkan bahwa manusia cenderung
terlambat dalam hal ini. Hampir selalu isu moral yang sesungguhnya melekat ke
penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi baru disadari setelah ada
dampak yang buruk terhadap kehidupan.
Di sinilah kita yang berasal dari dunia
pendidikan, khususnya yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berhadapan dengan sebuah kenyataan mengenai betapa penting memahami hakikat
ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, kemungkinan-kemungkinan yang dimunculkan
tetapi juga keterbatasannya, serta peran dalam masyarakat. Dengan pemahaman
ini, maka ketika ilmu pengetahuan dan metodenya diperkenalkan ke masyarakat
baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, kita selalu dapat berangkat
dari titik yang paling dasar: ilmu pengetahuan adalah buah karya manusia demi
kemanusiaan itu sendiri
Kelahiran Ilmu Pengetahuan Modern
Pada mulanya manusia percaya mitos yang
sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu. Karena mitos tidak pernah memuaskan
maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya. Objek utama yang dipikirkan manusia
adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam.
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara
rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau
pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Ada beberapa metode keilmuan, yaitu:
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Ada beberapa metode keilmuan, yaitu:
1. Penalaran Deduktif (Rasionalisme)
Dalam menyusun pengetahuan kaum
rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara
berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam pemikiran ini, manusia sudah memisahkan
dirinya sehingga memandang alam dengan jarak terhadap dirinya. Manusia sebagai
subjek menempatkan dirinya di luar alam yang dijadikan objek.
2. Penalaran Induktif (Empirisme)
Penganut empirisme menyusun pengetahuan
dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir
dengan menarik kesimpulan umum. Menurut paham empirisme ini, gejala alam itu
bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indra manusia. Dengan
pertolongan panca indranya, manusia berhasil menghimpun sangat banyak
pengetahuan. Himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan yang
disusun secara teratur dan dicari hubungan sebab akibatnya.
Kapan ilmu pengetahuan lahir ? secara
waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan
pengetahuan adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rasionalisme and
empirisme. Pengetahuan sudah ada dari zaman purba, inilah perkembangan pengetahuan
dari masa ke masa :
a. Zaman Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang
ditemukan, yang berupa alat-alat dari batu dan tulang, sisa-sisa dari berbagai
tanaman dan gambar dalam gua-gua dapat dianalisis pengetahuan yang telah
dimiliki manusia purba. Pada zaman ini pengetahuan diperoleh berdasarkan:
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan
membeda-bedakan
c. Kemampuan memilih
d. Kemampuan melakukan percobaan tanpa
disengaja “trial and error”
Dalam perkembangannya manusia purba juga
dapat memperoleh pengetahuan atau kemampuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman
b. Kemampuan melakukan abstraksi
berdasarkan kesamaan atau keteraturan
c. Kemampuan menulis dan
berhitung, dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses sintesis
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
d. Kemampuan menemukan abjad dan sistem
bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang semuanya berdasarkan proses
abstraksi.
e. Kemampuan meramal berdasarkan
peristiwa fisis, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
b. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai
kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam
bidang pengetahuan yang berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima
apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar
ilmu pengetahuan modern. Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry
mind” orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah
Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu
pengetahuan ”Yang penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya
pertanyaan tersebut”. Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan
pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu
motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Archimedes (287-212 SM). Archimedes
mempelajari matematika, fisika dan mekanika serta menerapkan sebagian
penemuannya pada usaha membuat alat-alat. Perhitungan dan penemuan hukum
Archimedes dimulai dengan pengalaman, dan kemudian diidealisasikan dalam alam
pemikiran (analisis teoritis), akhirnya dibuktikan dengan percobaan. Dengan
demikian, sebenarnya Archimedes sudah menemukan ilmu pengetahuan modern.
Disamping Thales dan Archimedes
terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali sumbangannya pada
perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Phytagoras, Plato dan
Aristoteles
c. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa
dimulai perkembangan ilmu pengatahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi
pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan
perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar
pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan
penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler, dan Galileo merupakan
pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman
tersebut. Mereka menciptakan prinsip Heliosentrisme.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi
sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum
oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam
mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan menguraikan
metodenya. Setelah adanya karya F. Bacon tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang
peranannya sangat menentukan dalam berkembangnya ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria,
Jakarta: 2006.
Sumber
Link: http://durniyanti.blogspot.co.id/2015/09/falsafah-ilmu-pengetahuan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar